Monday, February 13, 2017

Kisi-Kisi Aspek Perancangan Arsitektur 4

KISI KISI KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR 4
1.      Perilaku Dalam Arsitektur
a.      Setiap perilaku yang secara terus meneurs dilakukan akan membentuk kebiasaan. Kebiasaan manusia dapat berpengaruh terhadap pola penataan ruang dalam arsitektur.
b.      Pola penataan ruang arsitektur dipengaruhi oleh pola kebiasaan dari pengguna atau aktifitas yang sering dilakukan pemakai ruangan tersebut. Sebagai bukti beberapa ruang yang sudah direncanakan diawal dapat berubah seiring dengan waktu penggunaan ruang tersebut. Bukti lain adalah ruang yang direncanakan secara standard untk pemakai awal akan berubah seiring dengan pengguna yang baru.
c.       Setiap perilaku dari pemakai yang mempunyai profesi atau aktifitas yang berbeda-beda akan memberikan dampak pengaturan yang berbeda juga. Sebagai contoh profesi  seorang seniman akan jauh berbeda dengan susunan ruang seseorang yang berprofesi dokter atau insinyur teknik.
2.      Aktifitas dan Fasilitas
a.      Perilaku berhubungan dengan aktifitas yang berulang-ulang dilakukan oleh seseorang. Perilaku merupakan wujud kebiasaan dari seseorang yang sudah menjadi kebiasaan.
b.      Penentuan aktifitas dapat di lakukan dengan melakukan observasi dilapangan dan dari studi preseden dari obyek sejenis yang pernah dibangun sebelumnya. Observasi tersebut harus dilakukan secara teliti agar tidak terjaedi kesalahan dalam penyediaan fasilitas kebutuhan yang diperlukan pengguna bangunan.
c.       Kebutuhan fasilitas dapat dilakukan dengan melakukan penggolongan fasilitas sesuai prioritas kebituhan paling utama. Kebutuhan pokok ruang harus dipenuhi lebih dahulu dan dilanjutkan berikutnya kebutuhan penunjang.
3.      Susunan Program Ruang
a.      Program ruang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengelolaan terhadap ruang-ruang tersebut.
b.      Ruang-ruang yang sudah dihasilkan lalu disusun dalam sebuah organisasi yang lebih komplek.
c.       Perhubungan antar ruang tersebut sesungguhnya membutuhkan sebuah studi yang cukup rumit. Menghubungkan ruang satu dengan yang lainnya membutuhkan sebuah alasan yang rasional mencakup kebutuhan-kebutuhan antar ruang satu dengan lainnya.
d.      Perhubungan ruang akan semakin sulit jika jumlah ruang semakin banyak.
e.      Teknik penyusunan yang dapat membantu dalam pengelolaan ruang adalah dengan melakukan pengelompoka secara bertahap. Melakukan organisir secara bertahap akan mengurangi kletidakefisienan rancangan program ruang.
4.      Sirkulasi/Hubungan Antar Ruang
a.      Konsekuensi dari sebuah penyusunan banyak ruang adalh memberikan akses jalan yang memadahi terhadap ruang-ruang tersebut.
b.      Seperti merancang infrastruktur jalan pada sebuiah kota, maka jalur sirkulasi jalan untuk mengakses masing masing ruang juga dibutuhkan agar dapat terhubung dan dapat diakses.
c.       Sirkulasi berupa ruang jalan juga harus diperhitungkan secara matang dalam perhitungan koefisien dasar bangunan.
d.      Sirkulasi jalan sebaiknya juga direncanakan secara bertahap dalam kategori utama dan penunjang. Hal tersebut dilakukan agar pemakai jalan dapat mengenali secara baik fasilitas utama dan penunjang.
e.      Jumlah pemakai jalan sirkulasi juga harus mendapat perhatian dalam sebuah studi ruang sirkulasi agar kenyamanan raung sirkulawsi terpenuhi.
5.       Tatanan Massa pada Tapak (Susunan, Sirkulasi, Rg. Luar)
a.       Jumlah massa pada tapak ditentukan oleh akumulasi kelompok dan jumlah ruang dan fasilitas yang dibuat.
b.      Susunan dari sejumlah massa ditentukan dari pengelolaan fasilitas dan ruang yang telah dikelompokkan. Secara umum obyek perancangan mempunyai 2 kelompok besar. Yaitu obyek dengan massa utama tunggal dan bangunan dengan massa banyak.
c.       Bangunan dengan massa tunggal lebih ringkas dalam pengelolaan ruang luar. Sedangkan bangunan dengan massa banyak membeutuhkan langkah lanjutan untuk mengatur susunan ruang luarnya.
d.      Pengelolaan tatanan massa lebih dibutuhkan pada obyek dengan massa banyak. Meskipun begitu obyek massa tunggal juga tetap membetuhkan pengelolaan terutama menyangkut sirkulasi akses bangunan dan kebutuhan secara spesifik terhadap bangunan tersebut.
e.      Obyek bangunan dengan massa banyak umumnya mempunyai kebutuhan terhadap ruang pandang yang bagus dan ruang luar sebagai kebutuhan aktifitas yang lebih banyak.
f.        Untuk menciptakan kenyamanan ruang , obyek arsitektur dengan massa lebih banyak, mempunyai kemungkinan keberhasilan lebih tinggi secara alami. Bangunan dengan massa tunggal akan sangat sulit untuk mendapatkan kenyamanan secara alami.
g.       Penentuan sirkulasi jalan antar massa harus memperhitungkan tingkat kebutuhan terbesar antara massa bangunan yang terhubung.
6.      Bentuk dan Tampilan
a.      Bentuk bangunan mempunyai sumber ide yang sangat banyak dan beragam.
b.      Bentuk bangunan sangat tergantung dari metode pencarian bentuk yang dilakukan oleh perancang.
c.       Bentuk bangunan tidak harus mempunyai mencerminkan aspek dari fungsi ruangan arsitektur. sehingga apapun dapat teknik yang dilakukan dapat menjadi referensi bentuk bangunan.
d.      Penyesuaian antara kesejarahan bentuk dan fungsi harus dilakukan secara bertahap untuk menghasilkan konsep bangunan yang konsisten.
e.      Tampilan ruang arsitektur seharusnya mendapatkan porsi khusus untuk menghasilkan komunikasi “arsitektur” yang bernilai secara artistic.
f.        Pemenuhan kadar estetika dapat dilakukan secara mandiri tidak harus harus tergantung dengan aspek lain dalam perancangan. Jika tergantung dengan aspek lain, maka kita harus secara konsiten melakukan pendekatan secara bagian per bagian.
7.       Lingkungan
a.       Lingkungan menjadi penentu besar dalam perancangan kita. Tidak bisa dihindari bahwa lingkungan menjadi factor utama dalam melakukan perancangan bangunan.
b.      Konsep bahwa bangunan harus dapat menjalani fungsinya sebagai pelindung aktifitas, maka lingkungan menjadi pendorong terhadap ide-ide penyelesaian yang sesuai dengan kebutuhan manusia sengai pengguna.
c.       Misi terciptanya desain lingkungan yang ideal juga menjadi alas an yang cukup kuta untuk merancang bangunan yang sesuai.

TUGAS 2
A.      Membuat Sketsa Awal Bentuk Ideal
1.      Membuat perancangan : ide imajinasi bentuk bebas yang ideal (fungsi dan arstistik) tentang Obyek SMK sebagai “entry sketching” untuk rancangan pertama anda. Sketsa ini bebas tidak perlu tergantung dengan apa yang anda rencanakan dalam program ruang. Anda cukup membuat sketsa bebas yang menurut anda ideal untuk sebuah sekolah menengah kejuruan yang sesuai dengan kondisi saat ini.
2.      Rupakan dalam bentuk model dengan menggunakan stirofoam tentang bentuk ideal hasil sketsa anda tersebut. Jika memungkinkan sertai dengan warna yang menurut anda mewakili ide anda.
B.      Membuat Perencanaan Ruang
1.      Membuat perencanaan : penggolongan (gruping) terhadap kelompok kebutuhan ruang dalam obyek Sekolah Menengah Kejuruan.
2.      Membuat perencanaan : studi ruang untuk masing-masing kebutuhan ruang pada Sekolah Menengah Kejuruan.
3.      Membuat perencanaan : Pola hubungan antara kelompok ruang (massa maupun ruang luar) dalam bentuk diagram (bukan denah ruangan).
Format Pengumpulan Tugas
1.      Buatlah dalam lembar A3
2.      Gunakan sketsa manual anda. Penggunaan computer diperkenankan hanya untuk mengerjakan layout agar presentasi lebih menarik
3.      Media sketsa bebas menggunakan apapun yang layak dan bagus presentasinya.

4.      Semua hasil dibendel jadi satu  dan disampul.

silakan download disini

Thursday, October 15, 2015

Fisika Bangunan : Faktor Pengaruh Kontrol Termal

Hasil gambar untuk natural ventilationPembahasan Fisika Bangunan menjadi sangat penting ketka kita akan melakukan proses perancangan bangunan. Sifa-sifat fisik dari material penyusun, sifat susunan dan jenis susunan akan memberikan kekuatan yang berbeda pada setiap hasil bangunannya. Beberapa faktor fisika yang berkaitan dengan bangunan antara lain adalah kontrol terhadap termal ,akustik, pencahayaan.

FAKTOR PENGARUH KONTROL TERMAL
Beberapa faktor berpengaruh terhadap proses pengendalian termal pada bangunan antara lain sebagai berikut.

1. Sinar Matahari yang diterima sangat tergantung dengan 
a. Intensitas dan jenis sinar matahari yang datang di permukaan obyek
b. posisi atau letak obyek bangunan diatas permukaan bumi

2. Hujan
Hujan adalah peristiwa jatuhnya air dari awan ke permukaan bumi.
a. Curah hujan. Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. ). Jadi, jumlah curah hujan yangdiukur, sebenarnya adalah tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yangmenutupi suatu daerah luasan di permukaan bumi/tanah. Satuan curah hujan yangumumnya dipakai oleh BMKG adalah milimeter (mm). Curah hujan 1 (satu)milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datartertampung air setinggi 1 (satu) milimeter atau tertampung air sebanyak 1 (satu) literatau 1000 ml. 
b. Akibat fisikalis, akibat fisika dari hujan antara lain adalah angin kencang, halilintar, banjir, longsor, pohon tumbang,dll.
c. akibat kimia, terjadi proses kimiawi yaitu korosif pada besi dan baja. 
d. akibat biologis, terjadinya proses pembusukan atau perusakan bahan bangunan 
e. perembesan air dalam dinding, terjadi proses kapilerisasi yaitu perambatan air melalui pori pori kecil yang ada didinding.


3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.

Jenis-jenis angin
Beberapa jenis angin yang kita ketahui antara lain angin darat/laut, angin lembah/gunung, angin Fohn (angin Jatuh), angin Muson barat/timur.
Beberapa Sifat angin
Beberapa sifat angin antara lain adalah, menyebabkan tekanan permukaan yang menentang arah angin tersebut, mempercepat proses pendinginan, kecepatan angin sangat fluktuatif setiap saat yang ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara dua tempat dan resistensinya.
Pengendalian angin
Angin dapat dikendalikan arah dan kecepatannya dengan menggunakan beberapa teknik. Meskipun begitu proses pengendalaian ini tidak sepenuhnya dapat konsisten dilakukan karena sifat fluida udara yang memang tidak mudah dikendalikan. Namun pendekatan terhadap pengendalian mungkin sangat berguna untuk mengatur perencanaan sebuah bangunan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya angin 
Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan anginnya.
Lokasi, kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat daripada angin yang jauh dari garis khatulistiwa.
Tinggi Lokasi, semakin tinggi lokasinya semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menhambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempa, gaya gesekan ini semakin kecil.
Waktu, Angin bergerak lebih cepat pada siang hari, dan sebaliknya terjadi pada malam hari.

TEMPERATUR DAN KELEMBABAN
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997)

Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994)

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :

1) Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan

20 x 100 % = 80 %

2) Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3.

Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka

Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.



Penghawaan Alami Dengan Ventilasi dan tentang Insulasi Panas

Hasil gambar untuk natural ventilationPergantian udara panas dengan udara dingin dari luar merupakan proses yang diharapkan pada waktu musim panas. Namun dibeberapa kondisi iklim hal tersebut tidak memungkinkan karena temperatur luar justru lebih panas daripada temperatur dalam bangunan. Hal tersebut sangat penting diperhatikan jika akan melakukan teknik penghawaan alami. Sebab dibutuhkan udara dengan temperatur yang lebih rendah untuk efektifitas pendinginan permukaan tubuh.

Proses penghawaan alami membutuhkan pendorong terjadinya proses tersebut. Bentuk bangunan menentukan kekuatan terjadinya penghawaan alami.Secara mendasar, ukuran dan lokasi dari tempat masuknya udara ke dalam bangunan menentukan kemampuan untuk menangkap dan mengarahkan aliran udara kedalam bangunan. Perancangan bangunan dapat menggunakan ventilasi, atrium, bentuk bangunan ramping , lingkungan denah terbuka, struktur bangunan massif, cerobong, sirip, dan dinding ganda. Pada hybrid system digunakan jendela yang dapat dikontrol secara motorik.
Proses aliran udara dapat didorong dengan beberapa kondisi antara lain adalah mengarahkan aliran udara, pemanasan dan pendinginan yang dilakukan oleh radiasi matahari evaporasi atau thermal mass. Prinsipnya dengan melakukan variasi terhadap tekanan udara (wind driven ventilation) dan temperatur (stack.effect ventilation dan thermo syphon effect).

Pendinginan udara sebelum masuk kedalam bangunan juga dapat dilakukan untuk mendapatkan udara dingin. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan evaporative cooling atau geothermal cooling. 

Bangunan dengan tingkat ekspos thermal mass yang besar, sangat memungkinkan untuk melakukan pendinginan dengan strategi natural ventilation dengan teknik pendinginan waktu malam hari (night purge ventilation).Teknik tersebut dapat dilakukan dengan rentang relatif diurnal dimana temperatur malam hari mempunyai selisih 20-22 derajat Celcius.

Insulasi Termal (Thermal Insulation)
Insulasi adalah penggunaan material dengan nilai konduktan rendah untuk mengurangi aliran energi melintas material tersebut. Untuk mereduksi aliran energi tersebut material harus mempunyai nilai resistan yang tinggi (nilainya kebalikan dari konduktan).

Secara umum udara merupakan insulator yang bagus untuk menghambat panas, dengansyarat proses konveksi dapat ditekan. Sebagian besar material mempunyai sifat insulasi namun terdapat tiga bagian besar tipe insulation, yaitu :

- Resistive insulation, merupakan menghambat aliran panas dengan mengandalkan nilai resistan pada proses konduksi.
- Reflective insulation, adalah mereduksi aliran radiasi panas.kemampuan material untuk menyerap atau meradiasikan kembali infra-red sangat tergantung dari bentuk dan warnanya. Penyerap paling bagus adalah material dengan warna hitam dan sebaliknya warna putih merupakan paling bagus sifat reflektifnya.
- Capasitive insulation, mempunyai karakteristik yang bermanfaat banyak jika fluktuasi temperatur diantara dua permukaan sangat besar. Sehingga insulasi jenis ini tidak bekerja dalam kondisi steady-state. Metode ini memanfaatkan penundaan aliran panas yang tersimpan dalam material bangunan tersebut (time-lag). Sehingga dapat memindahkan kondisi puncak aliran panas pada waktu yang dibutuhkan.

Meskipun insulasi dapat dibuat dengan menggabungkan beberapa jenis materisl bangunan, namun secara fisik dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : blankets, blown-in, loose-fill, rigid foam board, reflective films. (Mars dalam http://squ1.org/wiki/material)







Perancangan Pasif(Passive Design)

Hasil gambar untuk iklim tropis lembabPerancangan kenyamanan termal secara pasif didasarkan pada beberapa prinsip antara lain adalah :
- Orientasi, area lokasi terhadap equator, arah utara untuk wilayah dibagian selatan equator dan arah selatan untuk wilayah dibagian utara equator. Hal tersebut menyangkut sinar matahari yang masuk ke bangunan ketika dibutuhkan dan menghindarinya ketika tidak dibutuhkan.
- Glazing, digunakan untuk menangkap panas jika dibutuhkan di dalam ruangan atau pembayangan (shading) dan penghalang sinar matahari untuk menahan panas matahari.
- Thermal Mass, untuk menyimpan panas jika dibutuhkan atau sebagai heat sink jika untuk pendinginan. 
- Insulasi, untuk mereduksi kehilangan panas atau panas yang masuk melalui atap, dinding, pintu, jendela dan lantai.
- Ventilasi, untuk memasukkan udara segar dan pendinginan melalui angin.
- Zoning, untuk merencanakan susunan ruang dalam sesuai dengan area pemanasan alami yang terjadi dengan kebutuhan ruangan.

Site Planning : Building Location and Siting
Pada waktu lalu lokasi dan tempat sebuah bangunan sangat ditentukan oleh faktor ekonomi, kelayakan dan harga dari tanah tersebut dan jika pada area pinggiran kota aksesibilitas dan daya dukung inrastruktur. Sangat jarang mempertimbangkan masalah “shelter” atau keterlindungan sebuah lokasi.

Saat sekarang mungkin seiring dengan berkembangnya teknologi perpipaan dan jaringan kabel serta transportasi, hal tersebut tidak terlalu masalah. Permasalahan tentang iklim mikro menjadi penting agar konsumdi energi untuk pemanasan ataupun pendinginan jadi lebih murah. Persoalan energi menjadi isu yang sangat penting dalam pertimbangan desain. Seringkali keperluan aspek “shelter” bertolak belakang dengan kebutuhan akan keinginan akan kelayakan pemandangan yang bagus atau berseberangan dengan perencanaan kota.

Kebutuhan akan rancangan yang mempunyai karakteristik berkelanjutan mempersyaratkan implikasi terhadap masalah transportasi pada lokasi. Dan isu tersebut mengangkat masalah desain arsitektur bioklimatik yang sangat sensitif dengan urursan “Physical Characteristics” dari sebuah site; mengenai arah angin dan sinar matahari, kelayakan dari “shelter” (keterlindungan) atau permukaan lahan.

Objectives (sasaran) :
• Menempatkan bangunan untuk mendapatkan manfaat dari kondisi iklim mikro.
• Pertimbangkan terhadap insolasi dan shelter ketika pemanasan ruang dibutuhkan
• Pertimbangkan terhadap aliran udara segar, untuk pendinginan.

Kriteria lainnya secara umum akan direspon ketika mengerjakan perancangan bangunan. Hal tersebut termasuk masalah view (pemandangan), jenis dari langit, dan elemen kultural dari lingkungannya.

INSOLATION (INSOLASI) 
Dengan menggunakan skala tertentu atau model atau pola pembayangan pada lahan, kita dapat menganalisa pembayangan sinar matahari terhadap lahan perancangan. Pembayangan dapat diakibatkan adanya topografi lahan, kondisi eksisting dan bangunan serta vegetasi.
Penataan bangunan dan vegetasi menjadi faktor yang menentukan dalam mengatur akses sinar matahari untuk mendapatkan panas. Dengan menempatkan bangunan yang lebih tinggi berada pada deretan belakan bangunan lebih rendah maka akan memperbesar peluang untuk mendapatkan pemanasan terhadap bangunan. 

WIND (ALIRAN ANGIN)
Pertimbangan terhadap aspek ini adalah untuk mendapatkan pembayangan pada situasi panas dan untuk mendapatkan ventilasi uadara segar pada saat pendinginan.
Pada kondisi panas, aliran angin dingin akan meningkatkan proses heat loss sehingga lingkungan jadi lebih terasa dingin. Aliran angin tersebut akan bekerja untuk mendinginkan beberapa permukaan elemen bangunan(dinding, atap, dll) dan juga meningkatkan infiltrasi melalui bukaan bangunan. Tanaman sebagai pelindung (shelter) mempunyai fungsi untuk pembayangan terhadap bangunan. Namun hal tersebut dapat menjadi masalah untuk proses aliran angin menuju bangunan. Terlalu banyak dan padat tanaman yang melindungi bangunan juga akan mengurarngi infiltrasi menuju bangunan. Di negara-negara Eropa penempatan tanaman mempunyai aturan tertentu agar terjaga dari aspek lingkungan dan kepentingan untuk kesehatan bangunan tersebut. Desain juga harus mempertimbangkan terhadap arah datang aliran angin beserta jarak antar bangunan dan tanaman sendiri.
Pada kondisi pendinginan, sangat penting untuk mengatur arah lairan angin dengan menggunakan susunan tanaman yang terdapat disekitarnya dan juga melalui topografi atau permukaan tanah.

COOLING (PENDINGINAN)
Kebutuhan terhadap proses pendinginan pada bagian belahan Utara dan Selatan berbeda. Di negara Eropa khususnya, bagian utara rata-rata tak terlalu banyak membuthkan penganan yang spesifik terhadap masalah pendinginan. Namun pada bagian Selatan menuntut penggunaan bahan yang ringan, termal inersia bangunan rendah, penggunaaan vegetasi, topografi, natural ventilasi, reduksi terhadap insolasi pada saat kondisi dingin.
Di bagian Selatan orientasi Barat dihindari. Sangat sulit untuk membuat pembayangan sebab altitude rendah saatsore hari dan temperatur yang sangat tinggi pada siang hari.



Tentang Iklim Tropis Lembab dan Tropis Hangat Lembab

Hasil gambar untuk iklim tropis lembabI K L I M T R O P I S L E M B A B
Rata-rata temperatur pada bulan dingin lebih besar atau sama dengan 18 derajat Celcius. Tropikal basah merupakan iklim yang berada pada posisi latitude dari equator berjarak 15 sampai 25 derajat. Dalam iklim ini semua bulan mempunyai rata-rata temperatur lebih besar dari 18 derajat Celcius. Rata-rata presipitasi lebih dari 1500 mm. Pada iklim ini menurut klasifikasi Koppen mempunyai 3 kategori (dalam grup A) dan pembagiannya didasarkan pada distribusi dari curah hujan.
Lokasi iklim ini terutama ditemukan pada wilayah Afrika tengah, Asia Tenggara dan Amerika tengah.
Karakteristik secara umum panas, kelembaban tinggi disebabkan adanya angin dari arah utara dan selatan hemisphere mengumpul dan naik pada pertemuan permukaan tropis, menyebar kemudian dingin pada saat bersamaan. Karakteristik antara lain :

kelembaban dan curah hujan tinggi sepanjang tahun
temperatur tinggi sepanjang tahun
temperatur diurnal bervariasi sekitar 8 der Cel.
Sedikit variasi dalam temperatur
Lahan datar dan angin laut mempunyai peranan utama wilayah pantai
Intensitas radiasi matahari bervariatif dengan kondisi berawan

Prinsip-Prinsip Desain
Tujuan dari perancangan bangunan pada iklim tropis lembab ini adalah mereduksi temperatur panas, memaksimalkan rata-rata ventilasi udara untuk meningkatkan efektifitas dari evaporasi, dan mengusahakan proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah :

Gunakan pintu dan jendela yang besar untuk menjalankan ventilasi silang.
Perencanaan secara terbuka dan luas, usahakan terdapat jarak antar bangunan
Angkat bangunan (panggung) aga lantai dingin dan menaikkan jendela untuk ventilasi yang lebih baik.
Orientasi bangunan diusahakan memperhitungkan aliran datangnya udara segar
Overhang yang panjang untuk melindungi dari sinar matahari langsung
Gunakan sliding screen untuk melindungi dari badai dan serangga di malam hari.
Gunakan material dengan thermal mass rendah untuk meminimalkan heat storage.
Gunakan double roofs dengan 2 layer dan ventilasi.
Gunakan material atap dengan insulasi tinggi.

IKLIM TROPIS HANGAT LEMBAB
Iklim ni adalah paling sulit di toleransi. Maksimum temperaturnya tidak setinggi pada iklim panas kering (hot arid) namun pada malam hari panas masih tersisa dan berpotensi meningkatkan temperatur diatas zona nyaman. Variasi temperatur diurnal randah, seringkali kurang dari 5 der Cel., khususnya pada musim hujan. Kelembaban sangat tinggi, sehingga penguapan pada permukaan kulit terbatas. Pendinginan secara evaporasi (penguapan) tidak terlalu efektif. Strategi perancangan yang dianjurkan antara lain :

Pastikan temperatur dalam ruangan tidak meningkat diatas temperatur diluar bangunan.
Sediakan cukup ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan panas dalam bangunan
Usahakan temperatur dalam ruangan serendah mungkin
Gunakan reflective roof
Gunakan plafon untuk memisahkan bagian atap dengan ruangan
Buatlah ventilasi pada ruang atap
Gunakan material atap dengan emisivitas rendah
Palfon dengan derajat insulasi tinggi
Bangunan sebaiknya berstruktur ringan agar terjadi pendinginan yang cepat pada malam hari
Kurangi arah hadap Timur dan Barat atau jika terpaksa gunakan jendela yang menerima sinar matahari rendah dan dinding pada arah ini sebaiknya reflektif dan insulatif.
Dinding arah Utara dan Selatan sebaiknya mempunyai bukaan yang besar untuk ventilasi. Perancangan ruang sebaiknya mempertimbangkan ruang penerima panas rangkap dan disusun agar mendapatkan ventilasi silang dalam ruangan.
Bukaan sebaiknya dipreoteksi terhadap sinar matahari langsung, hujan dan serangga.
Jarak antar bangunan diusahakan agar mendorong terjadinya aliran udara segar. Orientasi bangunan sebainya mempertimbangkan pendinginan dengan aliran angin.
Konflik antara arah datang sinar matahari dan orientasi udara segar sebaiknya diselesaikan dengan mengontrol sinar matahari. Dengan melakukan modifikasi antara bangunan dan lansekap diusahakan untuk mengubah arah aliran angin yang kurang sesuai agar memungkinkan untuk pendinginan dalam ruangan.
Dalam bangunan tunggal yang bebas menaikkan elevasi bangunan dapat membantu pendinginan pada bangunan.

STRATEGI PERANCANGAN IKLIM TROPIS LEMBAB
Iklim mempunyai dampak yang kuat terhadap pembentukan sebuah rancangan bangunan. Iklim sebuah wilayah akan mempengaruhi respon dalam membentuk kenyamanan beraktifitas pengguna. Respon rancangan dari masing-masing iklim membentuk tipologi bentuk yang secara umum dikenal dengan arsitektur lokal.

Karakteristik iklim tropis lembab mempunyai derajat kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah banyak terdapat bukaan dan naungan berupa sosoran. Sepanjang tahun mempunyai temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga memepengaruhi bangunan mempunyai bukaan yang mempertimbangkan aliran udara. Kondisi tersebut berhubungan dengan diurnal yang rendah sekitar 8 derajat Celsius, akibat variasi temperatur yang rendah. Radiasi matahari bervariasi dengan kondisi sering berawan.

Tujuan dari perancangan di daerah tropis lembab adalah mereduksi temperatur internal, memaksimalkan ventilasi untuk efektifitas evaporasi, proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam iklim tropis lembab antara lain :

- Temperatur dalam ruangan diusahakan tidak lebih tinggi dari temperatur luar. Potensi terbesar adalah dengan memaksimalkan shading.
- Memperbesar volume ventilasi untuk menghilangkan panas dalam ruangan
- Menjaga Mean Radiant Temperature serendah mungkin dengan reflective roof, separate ceiling, ventilated attic, low emissive roof material, reflective foil above ceiling, insulated ceiling.
- Bangunan diusahakan mempunyai bahan lightweight untuk mempercepat pendinginan dimalam hari.
- Elevasi timur dan barat dihindari sebesar mungkin. Dinding bersifat reflektif dan mempunyai insulasi yang baik.
- Orientasi utara dan Selatan diusahakan mempunyai bukaan besar untuk ventilasi. Ruangan didalam bangunan diusahakan agar mendorong terjadinya cross-ventilation.
- Bukaan dibuat untuk proteksi terhadap matahari, hujan, serangga.
- Terdapat ruang-ruang yang dapat mengoptimalkan masuknya udara segar. Orientasi bangunan sebaiknya mempertimbangkan adanya aliran udara dingin yang masuk bangunan.
- Konflik antara orientasi yang mempertimbangkan radiasi marahari dan aliran udara sebaiknya diselesaikan dengan melakukan kontrol terhadap radiasi matahari, dengan membuat rancangan yang memodifikasi antara aspek bangunan dan lansekap untuk mengarahkan aliran udara segar.
- Untuk bangunan tunggal sebaiknya lebih banyak mempertimbangkan aliran udara segar.